NEW YORK - Sejumlah saham di bursa Wall Street berhasil menguat. Salah satunya ditopang indeks Standard & Poor's 500 yang ditutup ke level tertingginya sejak 13 bulan terakhir, pada perdagangan awal pekan Senin (16/11/2009) waktu setempat.
Penguatan ini terjadi setelah Gubenur Bank Sentral Amerika (The Fed) Ben Bernanke mengatakan, ekspektasi dalam mempertahankan tingkat suku bunga di posisi rendah untuk memacu pertumbuhan.
Seperti dikutip dari Reuters, Bernanke mengatakan, akan adanya kemungkinan The Fed untuk mempertahankan tingkat suku bunga sangat rendah dalam jangka waktu yang panjang. Hal tersebut didorong oleh posisi dolar Amerika yang bergerak fluktuatif, sehingga mendorong investor untuk membelinya.
"Pesan dari Bernanke dalam mempertahankan tingkat suku bunga di level yang rendah untuk jangka menengah, sepertinya akan direspons positif oleh pasar," ujar Kepala Strategi Pasar Senior sebuah perusahaan pialang ritel Dennis Cajigas, di Lind-Waldock, Chicago, Selasa (17/11/2009).
Sentimen tersebut membawa indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) melonjak 136,49 poin atau setara 1,33 persen ke 10.406,96. Sedangkan indeks Standard & Poor's 500 Index (SPX) melonjak 15,82 poin atau 1,45 persen ke level 1.109,30, ini merupakan penutupan di atas level psikologis 1.100 untuk pertama kalinya sejak Oktober 2008. Sementara indeks Nasdaq Composite Index ( IXIC) melompat 29,97 poin atau 1,38 persen menjadi 2,197.85.
JAKARTA - Kendati dolar Amerika sedikit mengalami penguatan, tapi tetap saja tidak beranjak dari tren melemah. Ceruk inilah yang membuat rupiah diproyeksikan menguat. "Rupiah masih punya peluang untuk menguat," kata analis valas Toni Mariano.
Tak hanya pelemahan dolar, penguatan pasar saham yang diproyeksikan bakal terjadi juga menjadi sentimen positif bagi rupiah. Menurutnya, rupiah akan berada dalam kisaran Rp9.350 per USD pada hari ini.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu (11/11/2009) ditutup menguat di level Rp9.386-Rp9.356 per USD dibanding perdagangan sebelumnya Rp9.410-Rp9.380 per USD.
Penguatan ini adalah imbas sentimen positif dari pertumbuhan ekonomi kuartal III-2009, yang tercatat 4,2 persen. Indeks harga saham gabungan (IHSG) juga menguat naik 21,924 poin atau setara 0,92 persen ke level 2.403,879.
Seperti dikutip Valbury Securities, dolar Amerika USD berbalik menguat dari level terendah 15 bulan di sesi perdagangan hari Selasa, 10 November 2009 dan euro merosot di bawah USD1,50, karena investor menilai apakah prospek global memberikan justifikasi atas rally akhir-akhir ini dari mata uang dengan imbal hasil yang lebih tinggi dan aset.
JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksikan masih akan melanjutkan konsolidasinya. Akan tetapi, pelemahan indeks yang terjadi pada perdagangan kemarin nampaknya akan dimanfaatkan oleh sejumlah investor untuk melakukan speculative buy on weakness. "Adapun pergerakan market saat ini masih cenderung membentuk 'basing'," kata analis pasar modal David Cornelius.
Konsolidasi ini tetap akan terjadi sebelum terjadinya trending moves. "Saat ini market akan bolak-balik di range harga skarang mendekati level 2.400," tambahnya.
Secara teknis, dia menjelaskan, jika indeks sudah mendekati level supportnya dalam jangka pendek yang berada di kisaran 2.360. Kalaupun masih turun akan terukur dan terarah di sekitar support tersebut.
"Major support di 2.345, nah strategynya adalah kalo bergerak di antara support 2.360-2.345 boleh melakukan speculative buy," sambungnya.
Sementara untuk resistance, kali ini berada di level 2.415. Untuk pilihan saham, dia menilai saham yang mengalami pelemahan patut untuk dikoleksi. Seperti saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Inco Tbk (INCO), PT Medco Energy Tbk (MEDC) dan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP).
Sementara itu, analisa dari Trimgeah Securities menuturkan jika sentimen positif dari regional direspons dengan aksi profit taking, mengingat rally yang terjadi sejak pekan lalu dan IHSG sudah berada dalam area overbought berdasarkan indikator stochastic.
"IHSG hari ini diperkirakan bergerak di kisaran 2.336 -2.420," kata Trimegah.
Sebelumnya, pada perdagangan kemarin, Selasa (10/11/2009) IHSG ditutup kembali anjlok 24 poin setelah tadi pagi dibuka masih menghijau, penutupan perdagangan kali ini bahkan tak mampu bertahan di level 2.400.
IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (10/11/2009) tercatat merosot 24,47 poin atau setara 1,02 persen ke level 2.381,96. Adapun volume perdagangan tercatat sebanyak 4,08 miliar lembar saham senilai Rp3,12 triliun.
JAKARTA - Kondisi global yang bersahabat nampaknya akan berdampak positif bagi mata uang rupiah. Diperkirakan rupiah bakal menguat menuju angka Rp9.300 per USD.
"Besok rupiah akan menuju arah Rp9.300 per USD," kata Head Training Bank CIMB Niaga Emanuel Kurniawan Kriswijayanto, di Jakarta, Rabu (11/11/2009).
Hal ini tak lain adalah karena data perekonomian Amerika yang positif. "Sehingga investor bergerak melepas dolar Amerika," ucapnya.
Kendati demikian, penguatan rupiah ini akan terhambat dengan aksi profit taking di pasar saham. "Tapi overall menguat, karena global menguat," ucapnya.
Sebelumnya, rupiah pada perdagangan kemarin, Selasa (10/11/2009) berhasil bergerak stabil di tengah pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang melemah. Penguatan ini tak lepas dari andil dolar Amerika yang dalam tren melemah. Di mana rupiah stabil di level Rp9.410-Rp9.380 per USD, dibanding perdagangan Senin 9 November kemarin, di level Rp9.416-Rp9.386 per USD.
Dolar Amerika melemah satu persen terhadap euro di level 1.4992, melemah terhadap poundsterling sebesar 0,8 persen ke level 1.6751, dan menguat 0,1 persen terhadap yen di level 89.99. Terhadap dolar Australia, dolar Amerika tercatat naik 1,2 persen ke level 0.9296.
JAKARTA - Kajian evaluasi peraturan perdagangan dengan menggunakan fasilitas marjin antara pihak otoritas dengan pelaku belum menemui titik temu.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam- LK) masih meminta pihak Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) menyampaikan usulan resmi terkait rencana memberlakukan LQ 45 sebagai underlying asset transaksi marjin. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Keanggotaan BEI Wan Wei Yiong mengatakan, pertemuan antara Bapepam-LK,APEI dan Bursa Efek Indonesia (APEI) yang berlangsung 5 November 2009 lalu belum menghasilkan keputusan apapun.
"Bapepam-LK meminta APEI untuk menyampaikan usulan tertulis agar bisa dibahas lebih lanjut.Jadi memang belum ada keputusan apapun," ujar Direktur Perdagangan dan Pengaturan Keanggotaan BEIWanWei Yiong di Jakarta akhir pekan lalu. Menurut dia, belum ada rencana untuk mengubah peraturan perdagangan bursa No II-H tentang Perdagangan Efek dalam Transaksi margin dan Short Selling.
Terlebih memang belum ada usulan tertulis yang disampaikan oleh APEI. Selain itu, agak kecil kemungkinan untuk mengubah peraturan- peraturan yang terkait dengan transaksi marjin ini pada tahun ini. "Kita tunggu saja pembahasan lebih lanjut,"ujarnya. Seperti diketahui, BEI Mei silam telah merampungkan peraturan baru perdagangan tentang transaksi marjin dan short selling.
Namun anggota bursa banyak yang menolak parameter fundamental saham yang bisa ditransaksikan dengan fasilitas marjin. BEI pun akhirnya membuat peraturan peralihan sementara yang berlaku hingga Desember 2009. Dalam peraturan peralihan tersebut,salah satu parameter fundamental yang berubah misalnya, dalam peraturan II-H disebutkan, efek tersebut ditransaksikan di Bursa dengan rata-rata nilai transaksi harian di pasar reguler dalam enam bulan terakhir minimal Rp10 miliar.
Dalam peraturan peralihan diubah menjadi Rp5 miliar. Namun APEI agak khawatir, jika parameter dikembalikan seperti yang sudah diatur dalam peraturan II-H maka jumlah saham yang bisa ditransaksikan dengan fasilitas marjin semakin sedikit. Untuk itulah APEI mengusulkan LQ 45 menjadi efek marginable (efek yang bisa ditransaksikan dengan fasilitas marjin).
"Bapepam- LK sejauh ini tidak ada keberatan dengan rencana kami," tutur Lily Widjaja,Ketua Umum APEI, usai melakukan diskusi Bapepam-LK pekan lalu. Namun Yiong sebelumnya mengatakan,usulan APEI tersebut akan terbentur dengan peraturan Bapepam-LK No V.D.6 tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek Oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah.Pasalnya dalam peraturan tersebut disebutkan evaluasi terhadap efek saham marjin dilakukan setiap bulan.Sementara evaluasi saham-saham LQ 45 dilakukan setiap enam bulan.
JAKARTA - Ancaman aksi profit taking yang dilakukan investor asing dari pasar modal Indonesia membuat rupiah terancam mengalami pelemahan pada perdagangan di awal pekan ini.
Menurut analis pasar modal David Cornelius, volatilitas nilai tukar Rupiah akan relatif tinggi dan cenderung ke arah pelemahan sesaat. "Karena terpengaruh oleh pergerakan indeks dolar Amerika Serikat dan aksi ambil untung dari investor asing yang keluar dari pasar modal Indonesia dalam jangka pendek," katanya di Jakarta, Senin (9/11/2009).
Sebelumnya, rupiah pada perdagangan Jumat (6/11/2009) ditutup menguat di level Rp9.473-9.443 per USD dibanding perdagangan sebelumnya di level Rp9.533-9.503 per USD.
Penguatan ini juga terjadi akibat melemahnya dolar Amerika setelah The Federal Reserve menetapkan suku bunga stagnan di level terendah. Sentimen lainnya yakni isyarat yang akan tetap bertahan di level tersebut untuk beberapa waktu ke depan.
JAKARTA - Walaupun hari ini, adalah akhir pekan, tetapi nilai tukar rupiah diperkirakan akan stabil di kisaran Rp9.500 per USD. Aksi profit taking yang biasanya mendera rupiah di akhir pekan pun diprediksi tidak akan terjadi. "Saya tidak melihat profit taking akan terjadi, masih akan stabil saja," kata pengamat rupiah Panji Irawan.
Dia menilai, stabilnya rupiah ini adalah karena saat ini sudah menjelang akhir tahun. Sehingga, umumnya rupiah tidak akan banyak bergerak. Faktor eksternal seperti pengumuman data pengangguran oleh pemerintah AS juga diprediksi tidak akan banyak berpengaruh terhadao nilai tukar dalam negeri.
"Kalau data pengangguran itu banyak berpengaruh di harga saham dan obligasi," jelasnya.
Sementara itu, legislator Harry Azhar Azis kemarin mengatakan, bahwa kasus Bibit-Chandra bisa mengganggu tren penguatan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek.
"Dilihat dari jangka pendek, kasus ini memang memberi dampak negatif pada investor karena ternyata belum ada governance," ujarnya.
Kasus ini, dia melanjutkan, hanya bersifat sementara dan merupakan bentuk penyesuaian perilaku aparat hukum di Indonesia. Sehingga dampak negatifnya hanya bersifat jangka pendek.
Tetapi, Harry melanjutkan, jika dilihat secara jangka panjang kasus Bibit-Chandra bisa memunculkan ekspektasi positif investor asing sebab menunjukkan perbaikan sistem hukum di Indonesia. Hikmah dari kasus ini diharapkan dapat membuat sistem hukum Indonesia mulai terbuka dan lebih baik.