NEW YORK - Bursa terbesar di dunia, Wall Street, terus berkubang di keterpurukan. Lagi-lagi, pelaku pasar di Wall Street dihadapkan pada kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) yang kian memburuk.

Seperti dilansir dalam Associated Press, Rabu (14/1/2009), para pelaku pasar masih mencemaskan laporan kinerja perusahaan-perusahaan AS yang makin memburuk serta ekspektasi pemerintah AS yang akan mengambilalih aset-aset perbankan yang bermasalah saat ini.

Sebagai contoh, data perekonomian yang dirilis pada Desember 2008 yang anjlok drastis sehingga membayangi pelaku pasar di bursa Wall Street, sehingga mereka cemas untuk membeli saham secara sembarang, kecuali pelaku pasar bisa melihat pada perusahaan yang benar-benar memiliki prospek bagus.

Sementara itu, di saat munculnya kecemasan tersebut, saham-saham di sektor tambang serta bioteknologi berhasil rebound. Kondisi tersebut membawa indeks S&P 500 dan Nasdaq berakhir menguat setelah penguatan harga minyak mendongkrak harga saham-saham energi.

Sementara saham-saham perusahaan bioteknologi diburu investor karena mereka melihat sektor ini menjadi salah satu sektor yang melaporkan pertumbuhan pendapatan. Sementara, di antara saham-saham yang mengalami penurunan paling tajam adalah Boeing menyusul penuruan prospek oleh Credit Suisse.

Sehingga, pada perdagangan Rabu (14/1/2008) waktu setempat, indeks Dow Jones kembali turun 25,65 poin atau setara dengan 0,30 persen ke level 8.448,32. Sedangkan indeks Standard & Poor's 500 berhasil menguat 1,38 poin atau naik 0,18 persen ke level 871,64 dan indeks Nasdaq juga naik 7,67 poin atau naik 0,50 persen ke level 1.546,46.

0 komentar:

Caution : Wajib diklik

Followers

Caution : Wajib diklik