JAKARTA - Memasuki Tahun Baru Kerbau, pergerakan rupiah semakin terbatas dan akan berada di kisaran Rp11.000. Pasalnya, tekanan dolar Amerika akan semakin kuat, begitu juga dialami dengan mata uang global khususnya terhadap euro dan yen.
"Reaksi pasar masih melihat dolar tetap menguat mengingat perekonomian di Eropa terus memburuk," kata dealer valuta asing Bank BRI Rahmat Wibisono.
Disampaikannya, memburuknya perekonomian di kawasan Eropa menjadi titik tolak para pelaku pasar masih menunggu rencana investasi asetnya di sektor finansial.
Bahkan tidak hanya di terjadi di Eropa, kawasan Amerika juga mengalami hal yang sama dan terlebih dikawasan emerging market seperti Indonesia. "Orang masih alergi investasi di asset finansial," tandasnya.
Selain itu, belum adanya gebrakan dari tim ekonomi Obama juga menjadi alasan pasar belum merespons positif kebijakan stimulus yang dikeluarkan.
Pasalnya penyerapan dana stimulus butuh waktu dan efeknya bersifat jangka panjang bukan jangka pendek. Melihat kondisi tersebut, Rahmat menilai, tren pergerakan rupiah pada pembukaan perdagangan valas akan berada di level Rp11.000 per USD.
"Rupiah akan bergerak di kisaran Rp11.000 per USD hingga Rp11.300 per USD," paparnya.
Kendatipun demikian, dirinya menilai kondisi tersebut masih normal untuk ukuran ekonomi yang berjalan lambat. Bahkan rupiah dipastikan tidak akan dibiarkan berada di level Rp12.000 per USD. Karena Bank Indonesia (BI) akan segera mengeluarkan kebijakannya agar rupiah bisa dikendalikan.
Sebelumnya, di akhir pekan menyambut libur panjang perayaan Imlek kondisi rupiah ditutup melemah 115 poin ke posisi Rp11.290 per USD. Rupiah bahkan sempat melemah hingga ke level Rp11.330 per USD.
Selasa, 27 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar