JAKARTA - Menguatnya pasar saham pada penutupan di awal tahun ternyata membawa kabar baik bagi rupiah. Pasalnya menguatnya indeks diikuti pula pada penguatan nilai tukar rupiah, walau hanya sesaat.

Pengamat pasar uang Currency Managemen Group Farial Anwar mengatakan, penguatan rupiah menjadi tanda baik untuk bisa menguat ke depannya.

"Saya berharap tren penguatan rupiah bisa berlanjut berikutnya dan masih bisa ditekan di bawah Rp 11.000," katanya.

Kendatipun demikian, dirinya masih mengkhawatirkan penguatan rupiah hanya berlansung sepekan saja. Karena krisis Timur Tengah mempunyai dampak negatif kembali melemahnya rupiah, di mana harga minyak dunia akan kembali melambung.

Meskipun demikian, penguatan rupiah bisa diandalkan dari penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) yang lebih besar lagi atau turun berkisar 100 persen dan hal ini diyakini akan disambut baik oleh pasar. Melihat analisa yang ada, dirinya memprediksikan pada pembukaan perdagangan valas rupiah masih tetap pada kondisi yang sama dan akan bermain di kisaran Rp10.750 per USD atau Rp11.150 per USD.

Menyinggung program stimulus yang disiapkan pemerintah, Farial menilai, belum memberikan pengaruh bagi pasar dan belum direspons positif. Pasalnya program ini masih diragukan realisasinya di lapangan.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah pada perdagangan perdana Senin (5/1/2009) tidak jauh berbeda dengan posisi saat sebelum liburan panjang akhir tahun.

Rupiah sore ini di tutup di level Rp11.000 per USD atau sama seperti posisi terakhir perdagangan 26 Desember 2008. Padahal, rupiah pada awal perdagangan pertama sempat menguat ke level Rp10.800 per USD.

0 komentar:

Caution : Wajib diklik

Followers

Caution : Wajib diklik