JAKARTA - Perhimpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) tetap meminta perbankan untuk tetap mengucurkan kredit untuk memperluas ekspansi usaha dengan memilih sektor usaha yang tetap stabil di tengah krisis keuangan global.

"Sebenarnya perbankan mengalami kelebihan likuiditas rupiah dan diharapkan bisa mengucurkan kredit kepada pengusaha. Namun, bila tetap menahan pengucuran kredit akan menggerus pendapatan dan merugikan perbankan sendiri," kata Ketua Umum Hipmi Erwin Aksa, di Jarkata, Kamis (1/1/2009) kemarin.

Erwin mengakui, beberapa bulan terakhir ekspansi usaha yang sudah direncanakan mengalami hambatan karena bank menunda bahkan membatalkan komitmen pengucuran kredit. Perbankan selalu beralasan mengalami kekeringan likuiditas sehingga memperketat dan selektif dalam pengucuran kredit. Kondisi tersebut akan terjadi hingga kuartal I-2009.

"Kekurangan likuiditas perbankan hanya dalam bentuk valas terutama dolar AS. Saya yakin hingga kuartal I-2009 bank akan memperketat penyaluran kreditnya. Namun, setelah itu melonggarkan kembali kreditnya kepada pengusaha yang memiliki kredibilitas yang baik," jelasnya.

Erwin menuturkan, secara umum pertumbuhan industri nasional mengalami penurunan tajam seperti industri yang terkait dengan agrobisnis dan turunanya. Kondisi tersebut disertai dengan penurunan investasi dalam pembangunan pabrik CPO. Namun, masih ada beberapa industri yang memiliki prospektif dan layak dikucuri kredit perbankan seperti industri makanan dan minuman, semen dan infrastruktur. Selain itu properti, mobil hingga konstruksi.

0 komentar:

Caution : Wajib diklik

Followers

Caution : Wajib diklik