JAKARTA - Kendatipun pemerintah menurunkan harga BBM untuk ketiga kalinya, BI rate sudah diturunkan dan angka inflasi juga ikut turun, namun belum mampu menopang indeks masuk pada zona hijau.
Pengamat pasar modal PT Bali Sekuritas Ketut Tri Bayuna mengakui, beberapa hari terakhir indeks mengalami anomali. Karena pergerakan indek tidak selaras dengan sentimen positif dari dalam negeri. "Seharusnya indeks bisa ditutup menguat, di saat pemerintah turunkan BBM dan juga BI rate. Tapi hal ini tidak terjadi," katanya di Jakarta, Rabu (14/1/2009).
Menurutnya, derasnya pelemahan indeks yang terjadi di global dan regional menjadi alasan indeks dalam negeri ikut terkoreksi dan hal ini tidak bisa ditampik lagi akibat lambatnya pertumbuhan ekonomi global.
Hal senada juga disampaikan Edwin Sinaga dari PT Finance Corpindo, melemahnya indeks tidak jauh dari faktor melemahnya indek regional seperti Indeks Nikkei 225 melemah paling besar senilai 422,89 poin atau turun 4,79 persen ke posisi 8.413,91, lalu indeks Shanghai Composite di China juga melemah 36,98 poin ke posisi 1.863,37, kemudian indeks Hang Seng ditutup melemah mencapai 2,17 persen anjlok ke posisi 13.668,05 dan di ikuti indeks Straits Times Singapore yang ditutup 6,83 poin ke level 1.769,42.
Melihat analisa tersebut, dia meramalkan pada pembukaan perdagangan valas indeks akan mengalami hal yang sama atau terkoreksi mengikuti bursa regional dan global seperti Dow Jones. Namun sayangnya, dia belum mau menjelaskan di angka berapa posisi indek saat pembukaan pasar nanti.
Tidak jauh dengan analisa Edwin, Ketut memprediksikan, pada pembukaan nanti indeks agar berada di kisaran 1.390 -1.400. Akan ada potensi rebound, bilamana mixed terjadi dan itu sangat kecil terjadi. "Pembukaan nanti kondisi indek sepertinya masih berlanjut pada saat penutupan sebelumnya,"ungkapnya.
Baik Edwin dan Ketut merekomendasikan, saham yang layak dikoleksi pada pembukaan nanti masih di sektor perbankan di antaranya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Untuk saham di sektor pertambangan, keduanya mengusulkan untuk dihindari sementara waktu dengan pertimbangan potensi pelemahan yang terjadi.
Di sisi lain tim analis PT Trimegah Sekuritas meramalkan IHSG akan kembali bergerak menguji support kuat 1.390 dari sebuah bentuk rectangle untuk selanjutnya bergerak flat to negatif dalam kisaran harga 1.388 - 1.416.
Sebelumnya, IHSG masih mengikuti pergerakan saat pembukaan sesi pertama pagi ini sehingga ditutup merosot tipis enam poin, tembus di bawah level 1.400. Nilai perdagangan hingga penutupan sesi kedua sore tercatat sebanyak 1,332 miliar sebesar Rp1,381 triliun.
Rabu, 14 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar