JAKARTA - Rupiah pada akhir tahun ini akan berjalan dua arah. Masalahnya, permintaan dolar dalam negeri akan menguat, sedangkan Bank Indonesia juga akan menjaga ketat.
Tingginya permintaan dolar dari dalam negeri banyak disokong oleh permintaan korporasi. Sementara secara fundamental, dolar masih dalam tren melemah menjelang Natal lalu dan Tahun Baru yang tinggal hitungan hari.
Seperti analisa Valbury Securities, Jumat (26/12/2008), setelah dikeluarkannya data ekonomi Amerika, seperti data unemployment, spending dan durable goods orders, semakin mempertegas indikasi buruknya prospek ekonomi AS untuk tahun depan.
Data menunjukkan jumlah klaim pengangguran meningkat 30 ribu ke level tertinggi 26 tahun sementara konsumen memangkas spending-nya untuk kelima kalinya secara berturut-turut pada November.
Durable goods orders turun minus 1 persen pada November, lebih baik dari perkiraan setelah data bulan Oktober direvisi turun menjadi minus 8,4 persen dari laporan awalnya minus 6,9 persen. Penurunan order untuk bulan Oktober mencatat koreksi tertajamnya sejak mencatat penurunan minus 14 persen pada Juli 2000. Penurunan order banyak dipengaruhi penurunan pada order peralatan transportasi.
Pada hari Selasa 24 Desember kemarin, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Jean-Claude Trichet mengatakan otoritas moneter akan melakukan segala daya upaya untuk menjaga stabilitas harga, namun pernyataannya tersebut tidak memberikan sinyal mengenai outlook kebijakan moneternya.
Anggota Dewan Gubernur ECB Ewald Nowotny dalam sebuah wawancara dengan televisi Austria mengatakan masih terdapat peluang untuk berlanjutnya pemangkasan suku bunga oleh ECB, namun ECB belum mau memberikan indikasi mengenai langkah kebijakan moneternya.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu 24 Desember lalu, ditutup di posisi Rp10.900-10.800 per USD dari perdagangan Selasa 23 Desember yang duduk di kisaran Rp11.175-11.150 per USD.
Jumat, 26 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar