JAKARTA - Pemerintah harus menutup pintu rapat-rapat dengan masuknya dana pinjaman lembaga keuangan Internasional seperti World Bank dan IMF yang saat ini sudah mulai gencar menawarkan bantuannya ke Indonesia.
"Pemerintah harus tolak tawaran mereka, karena apapun juga tidak akan membawa perbaikan," tegas pengamat keuangan dari Currency and Management Grop Fahrial Anwar.
Menurutnya, pemerintah Indonesia sebaiknya lebih fokus menggunakan kemampuan dalam negeri untuk keluar dari krisis saat ini. Masih banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk tidak terlalu dini menerima tawaran mereka.
Tidak hanya itu, pemerintah diminta berkaca pada kasus krisis 1998. Berbagai ajuran dan tawaran IMF sendiri dinilai telah menyengsarakan rakyat Indonesia yang kemudian sangat fatal bagi ekonomi Indonesia yang semakin terpuruk.
Meminta bantuan kepada IMF ibarat meminta bantuan kepada guru spiritual (dukun) yang bodoh. "Dibilang bodoh, bagaimana mungkin bisa membantu Indonesia, kalau di negaranya saja, seperti Amerika masih dilanda krisis dan menjadi pemicu krisis global saat ini," tandasnya.
Dirut Bank Mandiri Agur Martowardojo berpendapat, pemerintah sudah seharusnya terbuka untuk mencari bantuan alternatif di luar negeri melalui kerja sama dengan IMF.
Agus pun menegaskan, kerja sama ini harus dilakukan dengan pertimbangan yang sangat matang dan dilakukan secara hati-hati dari persyaratan yang mereka ajukan agar tidak menekan dan merugikan Indonesia, sebagaimana pengalaman 10 tahun lalu. Peran negosiasi yang pintar sangat diperlukan dan jeleknya lembaga tersebut di citra masyarakat, Indonesia masih dinilai perlu berhubungan.
Senin, 24 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar