KARTA - Pergerakan rupiah semakin hari semakin parah. Spekulan masih curi-curi kesempatan mengenai kebijakan Bank Indonesia (BI) perketat pembelian valas oleh asing. Apalagi, aturan itu baru dilakukan.
Berbagai upaya pemerintah untuk memperkuat rupiah dinilai tidak tepat sasaran yang akibatnya orang semakin hari semakin tertarik pegang dolar.
"Saat ini para pengusaha besar kurang percaya terhadap langkah pemerintah atasi krisis, kemudian mereka lebih memilih pegang dolar dibandingkan rupiah yang rawan semakin terpuruk," kata Direktur Currency Management Group Fahrial Anwar.
Fahrial bilang, seakan tidak sadar upayanya belum optimal untuk menyelamatkan rupiah dari keterpurukan, pemerintah masih terus memakai cara lama sehingga berbagai jurus tidak ampuh mengenai penyakit yang ada.
Menurutnya, tanpa ada upaya yang kongkrit dari pemerintah, diramalkan rupiah akan semakin tidak sehat sepanjang hari dan akibatnya sangat fatal bisa mempengaruhi fundamental ekonomi Indonesia.
Masih terus berlanjutnya aksi mengkoleksi dolar dibandingkan rupiah, akan membuat rupiah semakin lemah. Dia meramalkan, pada pembukan perdagangan valas, rupiah berkisar Rp11.400-11.800 per dolar dan bahkan hingga terpuruk bisa tembus Rp12.000. "Semoga hal tersebut tidak terjadi," imbuhnya.
Sekadar mengingatkan, BI baru saja mengeluarkan aturan jual beli valuta asing agar lebih tertib di saat kondisi pasar global sedang berfluktuatif. Pembelian mata uang asing di atas USD100 ribu per bulan harus di lengkapi underlying transaction dan nomor pajak nomor pokok wajib pajak (NPWP).
Pada perdagangan Rabu kemarin, nilai tukar rupiah ditutup di kisaran Rp11.550-11.600 per USD atau melemah sekira 300 poin dibanding perdagangan Selasa 11 November kemarin.
Namun, berdasarkan penghitungan finance.yahoo.com pukul 16.25 WIB, posisi rupiah berada di level Rp11.700 per USD.
Kamis, 13 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar