WASHINGTON - Pertemuan negara yang tergabung dalam G20 berencana menemukan langkah konkrit untuk meningkatkan sistem perbankan dunia dan menangkal krisis di masa depan.
Pertemuan yang diikuti para pemimpin dari 20 negara maju dan berkembang akan mengambil langkah konkrit menangani krisis keuangan global. Langkah ini diambil setelah mereka menghadapi penurunan yang tajam di sektor ekonomi yang mdembuat kekhawatiran kemungkinan terjadinya resesi global.
Uni Eropa yang dipimpin oleh Perancis, dan beberapa anggota lain dari G20 juga menginginkan peraturan baru tentang keuangan global. Peraturan ini diharapkan dapat memperbaiki perjanjian Bretton Woods 1944 yang mengatur dasar sistem keuangan dunia setelah Perang Dunia II.
Dalam hal ini, Amerika Serikat (AS) dan Eropa mengakui kebutuhan untuk meningkatkan transparansi dalam keuangan global dan manajemen risiko. Lalu koordinasi antara regulator nasional yang lebih baik, dan harmonisasi lebih tentang akuntansi dan peraturan kapitalisasi.
Karena itu, Pemerintahan Bush yang berasal dari Partai Republik sedang mencari "rencana tindakan", yakni rekomendasi untuk masing-masing negara tentang apa yang dapat dilakukan, yang akan dimunculkan dalam pertemuan pada Sabtu tersebut.
Namun, hal ini dinilai menjadi lebih rumit, karena dua bulan kemudian Bush akan digantikan oleh presiden terpilih Barack Obama dari Partai Demokrat.
"Nantinya apa yang telah ia setujui dan tidak sesuai dengan Obama, hal ini merupakan masalah," terang mahasiswa senior Brookings Institution Ralph Bryant kepada AFP.
Dia menilai, selama ini Bush cenderung mengikat dukungan untuk pasar keuangan. Sehingga sebagian besar kritikus menyalahkan hal tersebut sebagai faktor terjadinya krisis.
"Orang-orang yang menjauh dari Bush dan Greenspan karena melihat pendekatan mereka dengan peraturan tentang perekonomian," ujar Bryant. Hal ini merujuk kepada pemberian kredit dengan mudah di bawah kepemimpinan Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve/Fed) Alan Greenspan.
Bryant melihat sejak Greenspan pensiun awal 2006 pada saat masalah krisis perumahan di AS mulai tinggi dan hampir bangkrut, hal itu memicu subprime mortgage yang berkembang menjadi krisis keuangan terburuk sejak Depresi Hebat.
"Banyak hal yang tidak cukup diatur seperti CDS (kredit default swap), derivatif lain, tidak ada pengetatan, tidak transparan, tidak memiliki cadangan penerimaan. Perlindungan dana yang diatur ringan,"tambahnya.
Karena itu, menurut dia, pemerintah AS saat ini cenderung memperkuat pengawasan dan peraturan. Tetapi dia berpendapat tidak akan ada keputusan akan segera diambil dalam pertemuan tersebut.
Tetapi pejabat senior AS mengatakan bahwa langkah konkrit dapat dihasilkan dari puncak pertemuan itu. "Ada kesepakatan yang bisa jauh lebih luas untuk semua negara pada pertemuan nanti," katanya. Dalam hal ini, semua produk keuangan serta lembaga keuangan harus mematuhi peraturan yang ditetapkan, termasuk tentang pengawasan.
Pejabat senior AS ini melihat ada sedikit kemungkinan jika pertemuan di Washington akan setuju terhadap pengatur keuangan global seperti Dana Moneter Internasional (International Monetary Fubd/IMF) yang memiliki rencana mengumpulkan dana talangan dari setiap negara.
Sementara itu, seorang diplomat senior Eropa mengatakan keputusan yang diambil khususnya yang terjadi di pasar sampai sekarang tidak diatur CDS.
Padahal ini merupakan inti masalah dari kejatuhan perusahaan asuransi terbesar AIG pada September.
Dia menilai sebelum krisis menjatuhkan Washington dan Uni Eropa, kedua negara telah bekerja sama dalam lembaga pengawasan yang lebih baik.
Kamis, 13 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar