JAKARTA - Kondisi rupiah belum menunjukkan keadaan yang lebih baik. Karena rupiah pada petdagangan Senin 24 November ditutup di level Rp12.450 per dolar USD. Sebuah posisi yang masih lemah dibandingkan pada akhir pekan lalu yang ditutup pada level yang sama.
Setidaknya berdasarkan pertimbangan tersebut, keadaan rupiah pada pembukaan perdagangan valuta asing pada perdagangan hari ini belum bisa lepas dari angka psikologis pada angka Rp11.000-Rp12.000 per USD.
Pasalnya, lagi-lagi belum adanya sentimen positif menjadi dasar rupiah masih rentan pelemahan.
"Rupiah sangat rawan kembali pada angka yang terburuk," kata pengamat keuangan Direktur Currency Management Group Farial Anwar, di Jakarta, Selasa (25/11/2008).
Hal yang sama juga disampaikan dealer valas Bank BRI Rachmat Wibisono. Dia melihat, aliran dana keluar dari negara-negara berkembang (emerging market) termasuk Indonesia, masih berlangsung.
Hal itulah yang membawa rupiah makin tertekan dan kebutuhan likuditas menjadi alasan para investor menarik dana dari emerging market yang dinilai masih memiliki risiko tinggi. Sebagai gambaran, pada pekan lalu, rupiah juga masih terus melemah. Nilai tukar mata uang Tanah Air ini seakan dilanda demam berkepanjangan.
Rupiah kembali melemah di akhir perdagangan Senin (24/11/2008) yang bertengger di level Rp12.450 per USD. Meskipun demikian angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan beberapa pekan lalu yang sempat tembus Rp13.000 per USD.
Lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak hanya dialami rupiah semata. Tetapi juga diikuti beberapa mata uang lain di kawasan regional yang nasibnya juga tidak jauh beda dengan rupiah.
Dolar Singapura jatuh 0,27 persen, won Korea Selatan ambruk 2,75 persen, peso Filipina jatuh 0,08 persen, rupe India 0,22 persen, ringgit Malaysia 0,22 persen dan baht Thailand melemeh 0,07 persen.
Selasa, 25 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar