JAKARTA - Fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar Amerika pada akhir pekan ini bergerak cukup lebar dari Rp11.000-Rp 12.650 per USD, bahkan nyaris sempat anjlok hingga Rp13.400 per USD.
Pengamat perbankan dari Infobank Eko B Supriyanto mengatakan, pergerakan rupiah yang cukup lebar sangat anomali. Pasalnya, di tengah terpuruknya ekonomi Amerika, ternyata mata uang dolar semakin menguat. Ini disebabkan, faktor kebutuhan dolar yang besar di Negari Paman Sam untuk menutupi kerugian. "Sepertinya beberapa hari ke depan posisi rupiah semakin berada dalam kecemasan".
Sejak terjadi krisis global, posisi rupiah semakin terus melemah pada level terendah. Setidaknya pada 1 Agustus 2008, rupiah yang berada di level Rp9.093 per USD-10.850 per USD pada pertengahan Oktober 2008.
Tidak bertenaganya rupiah, kata Eko karena perusahaan AS sedang gencar-gencarnya menjual saham untuk ditukar dalam bentuk dolar. Ditambah lagi, masih besarnya sebagian negara di dunia menggunakan transaksi dolar Amerika. Penduduk lokal masih menyukai dolar dibandingkan rupiah dan kemudian aksi spekulasi para pemilik uang yang lari dari pasar modal.
Setidak berdasarkan gambaran tersebut dan belum adanya faktor sentimen positif yang membawa penguatan terhadap rupiah.
Eko berpendapat, pada perdagangan valas di awal pekan nilai tukar rupiah masih bertengger antara Rp11.000-Rp12.100 per USD dan diharapkan tidak mencapai angka terpuruk yaitu Rp13.000 per USD.
Sedangkan Dealer Valas BRI Rachmat Wibisono berpendapat, belum stabilnya rupiah terhadap dolar akan berpotensi membawa rupiah pada angka terpuruk di awal perdagangan valas pekan depan, Senin (24/11.2008).
Dia memprediksikan rupiah akan bergerak di pasar spot antara Rp11.000-Rp13.000 per USD.
Berdasarkan hitungannya, pergerakan rupiah sangat dipengaruhi faktor major currency dan jika yen bertengger di level USD80 per USD, maka rupiah bisa terbanting hingga level Rp13.000 per USD. Maka tak ayal, pergerakan rupiah masih harus melihat dolar terhadap yen, dan euro terhadap dolar.
Menurutnya, lemahnya rupiah tidak bersumber dari dalam negeri, karena naik turunnya rupiah dipengaruh faktor major currency, yaitu euro dan yen.
Pasar rupanya memanfaatkan momentum menguatnya dolar Amerika terhadap yen dan euro terhadap dolar AS, yang kemudian jika yen berbalik menguat, rupiah menjadi lemah.
Tidak hanya itu, sikap investor yang masih terus menarik dana dari emerging market juga masih dirasakan saat ini yang akibatnya rupiah semakin lemah. Pasalnya, investor masih menjauhi investasi di negara emerging market sementara waktu, akibat melihat indikasi indeks bursa global bakal turun.
Sebagai gambaran fluktuasi rupiah meninggi dan bergerak dalam kisaran lebar selama sepekan terakhir. Rentang fluktuasi rupiah sepekan ini mencapai Rp11.700-Rp13.400 per USD dan selama sepekan nilai tukar rupiah merosot 6,65 persen.
Senin, 24 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar