JAKARTA - Pada akhir pekan lalu, posisi rupiah ditutup melemah 205 poin ke posisi Rp 11.050 per dolar, karena masih ada sentimen negatif perburuan dolar oleh para investor lokal.

Dengan masih berlanjutnya kondisi tersebut, rupiah pada pembukaan perdagangan valas di awal pekan ini diprediksikan masih terus berkonsolidasi dengan trading rate bawah Rp10.700 per dolar dan atas Ro11.300 sampai Rp11.500.

Pengamat keuangan dan saham dari BNI Fahrial Anwar menjelaskan, pergeseran rupiah kepada posisi yang lebih rendah sangat terbuka lebar. Meskipun pembelian dolar tidak lagi marak dilakukan para investor asing, namun hal tersebut masih diteruskan oleh investor lokal yang masih menilai menyimpan dolar sangat aman dibandingkan rupiah.

"Akibat tidak ada kesimbangan antara supply dolar dan demand, maka permintaan dolar terus besar yang akhirnya bisa menguras devisa negara," ungkap Fahrial saat dihubungi okezone, Minggu (9/11/2008).

Menurutnya, krisis pasar modal yang terjadi di Amerika bukan lagi menjadi pemicu krisis global, tetapi dikarenakan fundamental ekonomi Amerika yang sudah tidak kuat. Pasalnya, di tengah krisis global, nilai mata uang dolar terus menguat, akan tetapi pengangguran juga banyak. Hal ini sangat bertolak belakang.

Meskipun kondisi saat ini terbilang sudah reda dibandingkan beberapa minggu lalu, Fahrial bilang, hal ini tetap harus diwaspadai. Sebab, tidak ada faktor signifikan yang bisa membawa aura positif rupiah kembali menguat terhadap dolar.

Sebelumnya nilai tukar rupiah dan dolar pada perdagangan akhir pekan lalu ditutup sama-sama melemah. Jika rupiah melemah karena sepi sentimen, sedangkan dolar Amerika lemas karena kekhawatiran pelemahan ekonomi.

Rupiah pada akhir pekan lalu, Jumat 7 November, ditutup melemah 205 poin ke posisi Rp11.050 per USD, dibanding perdagangan Kamis sebelumnya. Pelemahan rupiah di akhir pekan kerap terjadi, menyusul sikap investor yang cenderung memegang uang tunai.

Sementara, dolar Amerika kembali melemah terhadap euro dan yen Jepang. Fenomena risk aversion kembali terjadi. "Pelemahan USD bisa mendorong kenaikan harga minyak," ujar Chief Analyst Commodities Warrants Toby Hassall, seperti dikutip dari Reuters.

0 komentar:

Caution : Wajib diklik

Followers

Caution : Wajib diklik