JAKARTA - Perbankan dinilai sulit menurunkan suku bunga selama masih ada bank yang bersikap monopoli, meski perbankan nasional bersifat oligopoli.

?Meskipun BI Rate telah turun tiga kali, masih sulit menurunkan suku bunganya. Mereka (bank) egois dan pemikirannya cenderung short term. Mereka tidak mau menurunkan suku bunganya karena takut rugi dengan turunnya margin,? ujar Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa di Jakarta.

Purbaya menuturkan, sikap egois perbankan terlihat jelas dengan struktur perbankan nasional yang sebenarnya oligopoli, namun memiliki kelakuan monopoli. Sifat tersebut yang mengakibatkan bank saling menunggu dalam menurunkan tingkat suku bunganya. ?Perbankan kita strukturnya oligopolis, tapi yang bertindak satu saja. Jadi kelakuannya monopolis,?ujarnya.

Struktur tersebut,lanjut Purbaya,memberi sinyal antarbank dalam kegiatan penurunan tingkat suku bunga. Ketika ada satu bank yang belum menurunkan tingkat suku bunganya, maka bank lain akan mengikuti.

?Kondisi tersebut terjadi saat ini. Meski BI Rate sudah turun,semua bank tetap diam dan tidak ada yang mengikuti. Ini semacam kode dari bank yang satu kepada bank lain agar tidak menurunkan bunganya,? paparnya.

Menurut Purbaya, dengan posisi BI Rate saat ini 7,75 persen, seharusnya bunga kredit perbankan sekitar 12,5?13 persen. Faktanya, bunga kredit masih berada di kisaran 15 persen. Ini mengindikasikan adanya permainan antar bank.

Untuk itu, solusi yang dapat diambil dari permasalahan ini adalah dengan memanggil pemilik modal atau bank untuk segera menurunkan tingkat suku bunganya. ?Jika sampai sebulandua bulan tidak turun juga, lebih baik ganti saja direkturnya,? tandasnya. Purbaya juga menyayangkan keengganan perbankan untuk menurunkan suku bunga kreditnya.

Sebab, penurunan tingkat suku bunga dapat memicu pertumbuhan ekonomi. Kepala Ekonom BNI A Tony Prasetyantono menilai sampai saat ini perbankan masih dilanda dilema antara menurunkan suku bunga pinjaman dan simpanan.

?Perbankan masih dilematis dengan kondisi saat ini meskipun pemerintah sudah meminta mereka untuk menurunkan suku bunga setelah suku bunga acuan BI Rate turun,? katanya. Menurut Tony, penurunan suku bunga berpotensi mengurangi kredit bermasalah (non performing loan/NPL). Namun,perbankan kini menghadapi persaingan tersendiri dengan pemerintah dalam hal mencari likuiditas.

Dalam hal ini, perbankan khawatir masyarakat akan mengalihkan dananya kepada instrumen surat utang atau sukuk yang diterbitkan pemerintah, yang menawarkan imbal hasil cukup tinggi. ?Bank harus head to head dengan pemerintah untuk mencari likuiditas. Itu sebabnya mereka masih bertahan (tidak menurunkan suku bunga),? ungkapnya.

Sebagai jalan keluar, Tony menilai, perlu ada inisiator untuk memelopori penurunan suku bunga perbankan. Caranya, pemerintah bisa meminta bank-bank BUMN untuk terlebih dahulu menurunkan suku bunga.

0 komentar:

Caution : Wajib diklik

Followers

Caution : Wajib diklik