NEW YORK - Bursa terbesar di dunia, Wall Street kembali anjlok tembus 226 poin. Ambruknya indeks saham tersebut gara-gara dua data perekonomian Amerika yang tercatat memburuk. Kedua data yang dirilis, yakni tingkat pengangguran yang kian meningkat, serta penjualan sektor perumahan baru yang terus mengalami penurunan.

Akibatnya pada perdagangan Kamis, (29/1/2009) waktu setempat, indeks Dow Jones anjlok 226,44 poin, atau 2,70 persen ke level 8.149,01, sementara indikator lainnya anjlok lebih dari tiga persen. Sementara indeks S&P 500 melemah 28,95 poin atau turn 3,31 persen ke level 845,14, dan indeks Nasdaq jatuh 50,50 poin atau turun ke level 1.507,84.

Seperti dilansir dalam Associated Press, Jumat (30/1/2009), data-data Negeri Paman Sam direspons negatif oleh pasar. Kondisi tersebut direfleksikan bahwa perekonomian Amerika belum membaik. Padahal, pemerintahan baru di bawah kepemimpinan baru Presiden Barack Obama telah melakukan berbagai upaya. Sayangnya, tetap saja cemas, termasuk pengucuran paket stimulus sebesar USD819 miliar.

Sekadar diketahui, Departemen Tenaga Kerja AS merilis hingga 17 Januari 2009, jumlah penganggur meningkat tajam hingga 4,78 juta orang, dan ini menunjukkan level tertinggi sejak tahun 1967.

Bengkaknya data pengangguran ini akibat maraknya aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan perusahaan sebagai langkah efisiensi menyusul makin memburuknya kondisi perekonomian Amerika.

Sentimen negatif tersebut, berimbas kemampuan masyarakat AS untuk membeli rumah juga menurun, sehingga tingkat penjualan rumah baru pun juga ikut melemah. Berdasarkan catatan Departemen Perdagangan turun 14,7 persen.

Sejumlah perusahaan raksasa di AS juga melaporkan kerugian, seperti Eastman Kodak Co dan Qualcomm Inc, yang sama-sama melaporkan penurunan laba selama kuartal IV-2008.

0 komentar:

Caution : Wajib diklik

Followers

Caution : Wajib diklik