JAKARTA - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar diakhir pekan tidak terlalu lebar yang kemudian rupiah kembali menguat 150 point atau ditutup ke posisi Rp12.150 per USD. Sebuah penampilan yang tidak terlalu buruk dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya Rp12.214 per USD.
Pengamat pasar uang dari Currency Management Group Farial Anwar mengatakan, beberapa hari terakhir transaksi dolar tidak terlalu besar dibandingkan dengan beberapa pekan lalu, sehingga nyaris rupiah berada diangka Rp 13.000 perUSD.
Melihat kondisi yang dinilai sudah mereda dan dibuktikan penguatan rupiah terhadap dolar beberapa bulan terkahir, maka diperkirakan di awal bulan Desember rupiah masih pada posisi yang sama dengan masih terus berkonsolidasi. "Untuk trading rate rupiah dia awal bulan desember masih berkisar Rp11.800-12.000 per USD," katanya.
Dia pun memperkirakan, beberapa hari berikutnya ke depan. Posisi rupiah yang paling teratas berkisar Rp12.000 dan tidak ada alasan rupiah terus menyerempet ke level Rp13.000 per USD. "Tidak lucu kalau rupiah terus melorot lagi," tandasnya. Pasalnya saat ini tidak ada faktor yang mendukung rupiah terus terpuruk, kecuali kalau ada kabar buruk dari pasar saham global.
Lebih lanjut, dirinya menyakini posisi rupiah yang terus membaik akan berlanjut sampai di akhir tahun nanti. Terlebih saat ini, pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) sudah melakukan intervensi menahan tekanan terhadap rupiah, seperti kewajiban underlying bagi pembeli dolar dalam skala besar.
Sementara analis valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk Rully Nova mengatakan, posisi rupiah akan terus mengalami perbaikan. Karena pemerintah masih menjaga dan mengawasi pergerakan mata uang lokal itu agar tidak merosot lagi. Langkah yang dilakukan seperti, pengawasan ketat terhadap bank-bank asing yang bermain valas dan menarik dana pengusaha Indonesia yang parkir di luar negeri untuk segera masuk ke pasar domestik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai nilai tukar rupiah di kisaran Rp12.000 per USD masih cukup normal. Level itu justru bagus bagi ekspor Indonesia. Pelemahan mata uang rupiah, kata Kalla, masih di level menengah jika dibandingkan dengan kurs Won Korea Selatan dan dolar Australia. Karena itu, pemerintah tidak memiliki target berapa nilai tukar seharusnya karena kurs akan terus bergerak.
Senin, 01 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar