JAKARTA - Para pelaku pasar saham masih mempunyai keyakinan, indek masih berpeluang menguat pascalibur panjang. Padahal, kebijakan Bank Indonesia (BI) memangkas BI rate 25 basis poin masih terbilang kecil dan dirasakan belum memberikan aura positif bagi perdagangan saham di lantai bursa.
Sebetulnya, para pelaku pasar berharap BI rate turun 50 basis poin. "Kendatipun demikian, dengan pergerakan rupiah yang tidak lebar dan masih establisnya indeks, maka potensi terjadinya rebound masih terbuka", kata analis pasar saham PT Bali Sekuritas Ketut Tri Bayuna.
Dia pun menyampaikan keyakinannya, pada pembukaan perdagangan saham nanti tidak ada sentimen negatif yang mempengaruhi lajunya pergerakan indeks. Berbagai paket stimulus yang sudah di keluarkan pemerintah dan BI menjadi alasan kuat indek berpontensi menguat. Meskipun demikian, sikap waspada tetap harus diperhatikan dari pergerakan saham Dow Jones. Pasalnya pergerakan IHSG sangat tergantung pada bursa regional.
Tidak hanya itu, keyakinan indek bakal menguat juga akan terjadi diakhir tahun. Kendatipun prediksi penguatan terjadi masih tipis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dia berpendapat, pada pembukaan nanti indek menguat 20 persen atau akan bergerak di kisaran 1.200 sampai 1220 dengan saham yang layak di koleksi masih sektor perbankan dan saham bluecit dari BUMN seperti, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Gas Negara (PGAS), PT Telekomunikasi Tbk (TLKM) dan PT Astra Internasional Tbk (ASII).
Sedangkan saham yang tidak likuid akan dijauhi para pelaku pasar seperti, saham yang bergerak dibidang pertambangan, batu bara, mineral. Hal tersebut diakibatkan terus menurunnya minyak mentah dunia.
Sebelumnya, diakhir pekan ini IHSG ditutup melemah dibandingkan pekan sebelumnya. untunglah nilai tukar rupiah berhasil unjuk otot dengan mendobrak level Rp12.000 per USD. Saat itu, indeks ditutup melemah 0,25 persen menjadi 1.202,34. Dalam rentang sepekan, IHSG telah melemah sekitar 3,16 persen.
Banyak faktor yang mendorong IHSG melemah. Di antaranya, harga komoditas yang kembali terpuruk pekan ini dan bursa global dan regional yang juga ikut-ikutan melemah selama sepekan yang akibatnya menularkan sentiment negatif bagi IHSG.
Dampak dari itu, para investor menjadi takut mengambil posisi dan lebih memilih wait and see. Alhasil, transaksi saham jadi sepi. Bahkan, tercatat diakhir pekan nilai transaksi saham harian sempat hanya di bawah Rp1 triliun. Sementara, keputusan BI memangkas BI rate sebesar 25 basis poin gagal memompakan energi di bursa dan tidak memberikan pengaruh secara signifikan.
Selasa, 09 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar