JAKARTA - Meskipun belakangan ini terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, terutama dolar Amerika, namun tidak akan terlalu mengganggu pembayaran utang luar negeri yang segera jatuh tempo.
Demikian diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Rahmat Waluyanto, di Jakarta, Senin (24/11/2008) sore.
Menurut Rahmat, sebelumnya, pemerintah sempat beberapa lama mendapatkan keuntungan kurs karena nilai tukar rupiah terhadap USD menguat.
Target nilai tukar yang ditetapkan di APBN Perubahan 2008 sebesar Rp9.100 per USD, sedangkan secara rata-rata nilai tukarnya menguat melebihi target tersebut.
"Kan rupiah sempat menguat pada semester pertama, Sehingga bisa mengompensasi pelemahan kurs pada semester kedua. Menurut saya tidak ada masalah untuk membayar utang. Kita lagi hitung tetapi semuanya managable, kira-kira cukup seandainya ada penyesuaian nanti, kita lihat menjelang akhir tahun. Pembayarannya on shcedule, masih ada sisa di pagu," ucap Rahmat.
Hingga akhir Oktober 2008, utang pemerintah didominasi oleh mata uang yen, yang mencapai USD27,3 atau sekitar 46,7 persen dari total pinjaman luar negeri yang senilai USD62,1.
Menurut Rahmat, besarnya pembayaran utang dalam yen membuat pembayaran pinjaman pemerintah melonjak seiring dengan menguatnya mata uang tersebut terhadap dolar Amerika. Adapun total pinjaman luar negeri yang jatuh tempo pada tahun ini mencapai USD1,69 miliar.
"November dan Desember ada yang jatuh tempo. Sama sekali tidak tergangu pelemahan rupiah. Semoga USD aman-aman saja sesuai dengan asumsi kita di APBN," ucap Rahmat.
Hingga pertengahan November tercatat, Depkeu telah melakukan pembayaran utang luar negeri sekitar Rp22,6 triliun atau 78 persen dari pagu APBN-P 2008, yang sebesar Rp 28,97 triliun.
Selasa, 25 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar