Kamis, 20 November 2008

Hati-Hati Rupiah Potensi Masih Liar


JAKARTA - Kondisi rupiah yang ditutup menerabas Rp12.000 melewati batas psikologisnya pada perdagangan valas Rabu (19/11/2008) kemarin, menggambarkan kejatuhan rupiah sudah tidak bisa dibendung lagi dan hanya tinggal menunggu waktu saja untuk masuk ke teritori baru.

Pengamat pasar valutas asing dari Current and Management Group Fahrial Anwar mengatakan, pergerakan rupiah sudah tidak bisa dideteksi lagi. Pasalnya fluktuasi pergerakan rupiah sudah melebar jauh dari Rp50 ke Rp100 hingga Rp200.
"Melihat kondisi seperti ini membuat masyarakat, khususnya pengusaha untuk tetap menahan dolarnya di luar negeri," katanya.

Lagi-lagi faktor tingginya permintaan dolar di tengah krisis yang ada, menjadi lampiasan rupiah melemah. Ditambah pasar dunia yang banyak tekanan dan tidak adanya berita baik di pasar saham di Negari Paman Sam tersebut membuat dolar semakin dibutuhkan dan semakin mantap meninggalkan jauh rupiah.

"Kondisi saat ini mempertegas keterpurukan ekonomi global akan terus berlangsung dalam waktu lama, karena baru-baru ini perusahaan automotif terbesar di Amerika seperti General Motor dan Ford menyatakan bangkrut dan merumahkan karyawannya," tandasnya.

Berdasarkan gambaran tersebut, perdagangan rupiah pada hari ini diramalkan akan bergerak pada votalitas tinggi antara Rp10.800 sampai Rp12.200 dan bahkan kalau dewi fortuna tidak berpihak pada rupiah, kejatuhan rupiah jauh lebih dan hanya menunggu waktu saja.

Fahrial Anwar berpendapat, kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah untuk menyelamatkan rupiah ternyata tidak mampu mengembalikan rupiah pada kondisi sebelumnya. Menurutnya, hal tersebut tidak perlu heran. Pasalnya apa yang telah dilakukan pemerintah lebih bersifat reaktif dan bukan antisipatif.

"Seharusnya pemerintah tidak lagi reaktif melihat krisis global dengan kebijakan peraturan valuta asing, blanket guarantee dan suku bunga tinggi. Tetapi lebih ditekankan antisipatif dengan mempertegas menghapus devisa bebas yang sudah tidak cocok dengan Indonesia akibat keluar masuknya dana panas," paparnya.

Sementara research valuta asing PT Integral Investama Future Tony Maryano mengatakan, dututupnya rupiah yang jauh lebih buruk dibandingkan penutupan sebelumnya, karena banyak pelaku pasar atau pemilik aset besar yang masih khawatir dengan kondisi ekonomi global sehingga memilih menyelamatkan posisi aset mereka dengan berburu dolar. Dolar dianggap mata uang paling aman saat ini.

Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui, dolar AS saat ini berada pada situasi yang anomali atau tidak biasa mengingat faktanya ekonomi Amerika justru tengah diterpa berbagai masalah. Negara-negara berkembang yang pada 1998 lalu mengalami krisis, seperti Korea, Thailand dan Indonesia, mata uangnya mengalami depresi.

Karenanya dengan pelemahan rupiah, kata Menkeu, pada dasarnya yang harus dilakukan adalah memberikan pemahaman mengenai apa yang terjadi di lingkungan global kepada masyarakat. Kalau soal imbuan agar pemilik dolar menukarkannya dengan rupiah, tentu akan lebih baik jika imbauan itu berjalan sesuai harapan.

Namun sepertinya, Bank Indonesia (BI) tidak akan tinggal diam melihat rupiah terkapar. Apalagi Gubernur Bank Indonesia telah menyatakan akan menjaga rupiah di level yang realistis.

0 komentar:

Caution : Wajib diklik

Followers

Caution : Wajib diklik