JAKARTA - Penurunan harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih terus berlanjut. Hingga empat hari perdagangan setelah suspensi dibuka, saham BUMI terus mengalami auto rejection batas bawah, akibat tekanan jual yang begitu tinggi.
Tidak adanya penawar, yang ingin membeli saham BUMI, membuat perdagangan nonregular, negosiasi menjadi pilihan. Tercatat pada perdagangan Selasa (11/11/2008), transaksi di pasar tutup sendiri (TS) mencapai 110,8 juta lembar dengan nilai Rp159,9 miliar, sementara untuk pasar negosiasi (NG), mencapai 24,8 juta lembar, dengan nilai Rp32,9 miliar. Sedangkan transaksi yang terjadi di pasar regular, hanya 1,8 juta lembar, dengan nilai Rp2,6 miliar.
"Karena di pasar reguler, sudah tidak ada yang bid. Pasar nonregular jauh lebih marak," ujar analis valbury Asia Securities, Mastono Ali, di Jakarta, Selasa (11/11/2008).
Menurutnya, sentimen negatif yang masih membayangi BUMI, membuat investor berlomba-lomba untuk menjual saham yang mereka miliki. Akibatnya, panjangnya antrean jual membuat investor memilih pasar nonreguler, meskipun dengan risiko harga jatuh jauh di bawah harga pasar.
Harga di pasar negosiasi sendiri, pada perdagangan Selasa, menurut Mastono sudah mencapai harga Rp1.290. Selain itu, faktor forced sell, juga menjadi penyebab maraknya perdagangan di luar pasar reguler. "Ada indikasi terjadi forced sell. Tapi saya tidak bisa memastikan," tukasnya.
Menurutnya, kejatuhan harga saham BUMI diperkirakan akan terus berlangsung. Namun begitu, Mastono tidak bisa memastikan sampai kapan, dan hingga di batas harga berapa harga BUMI jatuh. Selama informasi terhadap BUMI belum jelas, mekanisme pasar akan berlaku, investor akan terus-terusan melepas saham BUMI, yang dimiliki.
Pada perdagangan saham tadi pagi saham BUMI langsung turun Rp160 atau 9,94 persen menjadi Rp1.450. Penurunan yang drastis mendekati 10 persen itu, membuat saham ini langsung terkena auto rejection batas bawah. Sejak dibuka suspensinya pada 6 November 2008, harga saham BUMI telah anjlok 33,33 persen.
Sementara Pengamat Pasar Modal, Edwin Sinaga juga melihat kecenderungan forced sell, yang menjatuhkan harga BUMI. "Kelihatannya aksi jual paksa menjadi penyebab utama kejatuhan saham BUMI selama beberapa hari berturut-turut sejak dibuka suspensinya," ujarnya.
Kalau dilihat dari membludaknya antrean jual saham BUMI sejak dibuka suspensinya, antrian sangat tidak rasional. Ada antrian yang bahkan mencapai jutaan lot. Menurutnya, bila investor mau mengambil risiko rugi, tidak akan sebanyak ini. Kondisi ini, merupakan sesuatu yang tidak biasa.
"Kalau investor yang membeli saham BUMI dengan tunai tentu mereka memutuskan menahan portofolionya. Kalau memang ada yang mau mengambil risiko rugi, tentu sedikit, tidak sebanyak yang terlihat sekarang. Artinya ada faktor lain yang menyebabkan aksi jual besar-besaran pada saham BUMI," jelas Edwin.
Rabu, 12 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar