SEBUAH media pekan lalu memberitakan, pendapatan berbagai perusahaan besar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tergabung dalam 45 saham terlikuid (LQ45) tumbuh rata-rata 33 persen.
Bahkan pendapatan 19 perusahaan besar di LQ45 meningkat di atas 30 persen. Berbagai perusahaan pertambangan seperti Indo Tambangraya Megah,Tambang Batubara Bukit Asam, Adaro Energy, Bayan Reources bahkan tumbuh lebih dari 40 persen pada 2008.Pertumbuhan tersebut terjadi baik dari sisi volume maupun harga.
Sementara berbagai perusahaan di bidang perkebunan seperti Bakrie Sumatra Plantation, Sampoerna Agro, Indofood Sukses Makmur (karena ada bagian dari perusahaan tersebut yang bergerak di bidang kelapa sawit), Astra Agro Lestari, PP London Sumatera tumbuh lebih dari 30 persen.Berbagai perusahaan lain yang tumbuh tinggi antara lain Barito Pacific, Berlian Laju Tanker, BISI International.
AKR Corporindo, United Tractors, Wijaya Karya, Charoen Pokphand Indonesia, Astra International, Indocement Tunggal Prakarsa, BNI dan BCA juga tumbuh tinggi di atas 28 persen. Pertumbuhan berbagai perusahaan tersebut merupakan ?miniatur? pertumbuhan ekonomi Indonesia yang secara nominal juga naik 22 persen.
Ini berarti 19 perusahaan tersebut tumbuh di atas ratarata perekonomian Indonesia. Adapun Unilever Indonesia tumbuh hampir sama dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nominal, yaitu pada sekitar 22 persen yang tentunya di luar daftar 19 perusahaan itu. Apa yang bisa kita pelajari dari perkembangan tersebut?
Perbandingan kenaikan pendapatan 19 perusahaan terbesar tersebut dengan Unilever bukanlah mengada-ada. Unilever Indonesia, yang tumbuh 22 persen,merupakan perusahaan barang-barang konsumsi dunia yang di Indonesia justru mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan berbagai perusahaan Unilever di seluruh dunia.
Pada 2008, pertumbuhan nominal Unilever di seluruh dunia mencapai 7 persen. Dengan demikian, pertumbuhan sebesar 22 persen di Indonesia tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu pertumbuhan tertinggi bagi Unilever di seluruh dunia. Pertumbuhan 22 persen itu bahkan bisa dikatakan sebagai perkembangan terbaik selama ini.
Ini berarti suatu perusahaan multinasional yang di Indonesia merupakan cabang yang memiliki pertumbuhan salah satu terbaik di dunia ternyata masih kalah oleh banyak perusahaan lain di Indonesia. Bahkan juga oleh perusahaan yang termasuk dalam kategori sama.
Belum lagi masih banyak perusahaan di industri yang sama ternyata memiliki kinerja jauh lebih tinggi, tapi belum termasuk sebagai perusahaan emiten sehingga datanya tidak tersedia di sini. Dengan melihat hal itu, saya tergugah untuk mengambil kesimpulan betapa besarnya potensi Indonesia, minimal pada 2008 tersebut. Melalui kesimpulan ini, pada akhirnya bagaimana kita bisa menariknya lagi ke depan, terutama di tengah keadaan krisis global sekarang ini?
Potensi Perekonomian Indonesia dalam Konteks Global
Kita selama ini sering menerima kritik yang merendahkan.Bahkan kritik semacam itu juga timbul dari masyarakat ataupun media kita sendiri.Namun berbagai fakta di lapangan menunjukkan,banyak dari perusahaan memiliki kinerja mengagumkan dan bukan tidak mungkin menjadi model untuk kita semua.
Dalam konteks Unilever misalnya. Kita mengetahui Unilever merupakan perusahaan yang menjual berbagai produk ke seluruh Indonesia, bahkan sampai ke pelosokpelosok desa. Kegiatan yang sedemikian tentu bersentuhan dengan penggunaan infrastruktur yang sangat tidak memadai, pungli yang merajalela,kepastian hukum yang rendah, serta segala kelemahan-kelemahan yang lain.
Kendati demikian, faktanya, Unilever Indonesia merupakan perusahaan multinasional yang memiliki pertumbuhan salah satu tertinggi dari Unilever di seluruh dunia. Ini berarti potensi perekonomian yang kita miliki sungguh besar.
Bahkan jauh melampaui apa yang bisa kita pahami sebelumnya. (Karena kinerjanya yang patut menjadi contoh ini, lebih dari 40 staf Unilever Indonesia bekerja sebagai manajer ke atas di Unilever seluruh dunia, termasuk CEO Unilever Malaysia.
Dibandingkan dengan ekspatriat yang bekerja di Unilever Indonesia, yang bisa dihitung dengan jari tangan,jumlah pakar Indonesia yang bekerja di luar negeri menunjukkan prestasi kita diakui dunia internasional).
Dari daftar perusahaan yang termasuk dalam LQ45 tersebut, kita melihat variasi cukup lebar dari berbagai perusahaan yang berkinerja baik seperti perusahaan yang bergerak di pertambangan, perkebunan maupun industri manufaktur.Bahkan juga di bidang jasa-jasa, terutama perbankan.
Semuanya secara ringkas termasuk dalam kategori perusahaan yang bergerak dalam perekonomian domestik (population based economy) maupun bidang sumber daya (resource based economy). Dari berbagai perusahaan yang masuk dalam daftar tersebut, sebagian mulai menunjukkan kinerja tetap baik pada kuartal I/2009.
Sebentar lagi informasi kinerja mereka akan dapat kita ikuti dari laporan keuangan perusahaanperusahaan itu. Ini berarti kita akan memiliki kesempatan untuk melihat lebih dalam apa yang terjadi dari berbagai perusahaan tersebut pada 2009 ini. Kendati demikian, prediksi sementara saya, perusahaan tersebut masih akan menunjukkan berbagai pertumbuhan positif meski tidak setinggi 2008.
Data itulah yang menarik untuk dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2009, yang akan dipublikasikan pada pertengahan Mei mendatang. Dengan melihat berbagai indikasi awal, rasanya kita tidaklah perlu overly pessimistic untuk melihat perkembangan ke depan.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan elektronik besar mengurangi pembelian bahan bakunya pada September 2008 lantaran berdasarkan indikasi dari media, pertumbuhan ekonomi Indonesia tampaknya suram di akhir 2008 dan 2009.
Ternyata yang terjadi,penjualan elektronik perusahaan tersebut tetap mengalami permintaan tinggi sehingga mereka harus mengatasi ketertinggalan untuk mengisi kembali persediaan barang jadi yang siap dijual.
Pengalaman ini memberikan pesan kepada kita semua, kehati-hatian memang sangat perlu, tetapi janganlah kita mudah terpengaruh oleh berbagai berita yang begitu negatif. Perkembangan penjualan (pendapatan) dari berbagai emiten meningkat sangat tinggi pada 2008 lalu. Kita sungguh berharap, dunia usaha tetap terinspirasi oleh perkembangan tersebut meski dalam suasana kehati-hatian yang tentunya lebih tinggi juga.
Senin, 06 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar