Oran, Aljazair - Sidang OPEC di akhir tahun 2008 di Oran, Aljazair kali ini terasa istimewa. Selain keputusan memangkas produksi terbesar hingga 2,2 juta barel per hari, pertemuan ini juga menjadi ajang perpisahan bagi Indonesia.
Dalam Konperensi Luar Biasa ke-151 OPEC berlangsung, Rabu (17/12/2008) waktu Aljazair, Indonesia untuk terakhir kalinya berpartisipasi meski hanya dengan mengucapkan kata perpisahan.
Konferensi kali ini masih dihadiri 13 negara, termasuk Indonesia Delegasi Indonesia diketuai oleh Duta Besar RI di Alger, Yuli Mumpuni Widarso, mewakili Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro.
Sementara bertindak sebagai ketua adalah Chakib Khelil, Menteri Energi & Mineral Aljazair dan Presiden OPEC didampingi oleh Sekjen OPEC, Abdalla Salem El-Badri.
Konferensi juga dihadiri pula oleh para Menteri negara peninjau OPEC, yaitu Natig Aliyev dari Azerbaijan yang baru bergabung pada tahun 2008, Mohammed bin Hamad Al Rumhi dari Oman, Igor Setchin dari Rusia dan Sufian Al-Alao dari Syria.
Pada acara pembukaan, Chakib Khelil menyatakan bahwa situasi pasar minyak internasional sangat memprihatinkan dengan semakin menurunnya harga minyak. Para anggota OPEC menilai penting penyelenggaraan Konperensi tersebut karena OPEC mempunyai komitmen terhadap stabilitas pasar dan kelancaran suplai.
Dan mengingat konferensi kali ini adalah partisipasi terakhir bagi Indonesia, maka delegasi Indonesia diberi kesempatan untuk menyampaikan pidato perpisahan.
Dalam pidato tersebut disampaikan penghargaan dan terima kasih Indonesia kepada negara-negara anggota lainnya dan Sekretariat OPEC yang selama ini telah bekerjasama dengan Indonesia.
Dubes RI di Aljazair yang mewakili menteri ESDM mengatakan, pemerintah Indonesia merasa terhormat telah menjadi negara yang termasuk sebagai pendahulu di OPEC.Indonesia merasa telah mendapatkan banyak keuntungan saat bergabung dengan OPEC.
Selama menjadi anggota di OPEC, Indonesia menyatakan telah berpartisipasi secara aktif dalam memberikan kontribusi untuk perkembangan OPEC.
"Namun penurunan kapasitas produksi yang sejalan dengan meningkatnya konsumsi domestik telah mengubah Indonesia menjadi net oil importer, setelah lebih dari 50 tahun Indonesia berada di posisi sebagai negara eksportir minyak," jelas menteri ESDM dalam pidato tersebut seperti dikutip dari situs KBRI Aljazair, Kamis (18/12/2008).
Indonesia pun akhirnya mengajukan penghentian sementara dari keanggotaan OPEC dalam pertemuan di Wina, Austria akhir September lalu.
"Indonesia akan merindukan tradisi OPEC yang dinamakan konsultasi dan dialog. Indonesia menilai OPEC sebagai forum yang strategis yang dapat menciptakan kultur konsultasi dan dialog diantara para pemangku kepentingan," demikian menteri ESDM.
Paska keanggotaan Indonesia dalam OPEC, Menteri ESDM menawarkan kerjasama kepada OPEC seperti di bidang saling tukar informasi dan pengetahuan di bidang manajemen perminyakan.
Indonesia telah bergabung di OPEC pada tahun 1962, atau tepat dua tahun setelah OPEC terbentuk. Namun pemerintahan Presiden SBY pada tahun 2008 memutuskan untuk menarik diri secara temporer dari keanggotaan RI di OPEC. Hal itu dilakukan seiring dengan produksi yang turun, dan Indonesia tercatat sebagai net importir minyak.
Jumat, 19 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar