JAKARTA - Pemerintah akan mengamankan ketersediaan empat komoditas bahan pangan utama di 2009. Keempat komoditas tersebut adalah beras, minyak goreng, jagung, dan gula.
"Untuk beras, selain kebijakan HPP kita usulkan ada langkah-langkah melakukan diversifikasi beras supaya konsumsi beras tidak naik, kalau bisa bahkan turun," ucap Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Khrisnamurti, seusai mengikuti Rapat Koordinasi tentang Ketahanan Pangan, di Departemen Keuangan, Jakarta, Selasa (09/12/2008).
Menurut Bayu, konsumsi beras Indonesia sebesar 139 kg/kapita/tahun merupakan yang tertinggi di dunia. Jika dilihat dari sudut kesehatan dan gizi, tingkat konsumsi sebesar itu dinilai kurang baik. Maka itu, perlu ada dorongan untuk melakukan diversifikasi pangan.
Selain itu, menurut Bayu, pemerintah juga perlu untuk menyediakan pangan untuk keadaan darurat nonberas, dalam bentuk makanan siap santap.
"Sehingga, jika dalam keadaan bencana, selain kita mengirimkan beras, kita juga bisa mengirimkan makanan siap santap," ucapnya.
Terkait dengan gula, pemerintah akan lebih mendorong lebih lanjut revitalisasi pabrik gula dalam negeri. Sehingga, dengan revitalisasi tersebut, akan mengurangi ketergantungan Indonesia akan impor bahan baku gula rafinasi.
"Nanti, akan lebih banyak lagi raw sugar dalam negeri, sehingga bisa memasok untuk gula rafinasi. Selama ini, PTP dan pabrik gula kesulitan tingkatkan kualitas produksi gula," ujar Bayu.
Adapun untuk minyak goreng, dia menambahkan, saat ini sedang diusulkan agar minyak goreng kemasan sederhana, yang akan diluncurkan Januari 2009 mendapat fasilitas PPN Ditanggung Pemerintah (DTP).
"Demikian juga dengan minyak goreng curah, PPN DTP nya akan dilanjutkan pada 2009," ucap Bayu.
Sementara itu, untuk mengantisipasi lonjakan produksi jagung, pada tahun mendatang, pemerintah akan memanfaatkan mekanisme resi gudang.
Menurut Bayu, mekanisme tersebut dianggap perlu untuk dilaksanakan, untuk mengamankan pemenuhan kebutuhan jagung masyarakat yang hampir merata jumlahnya setiap bulan.
"Bulan Februari, Maret dan april 2009, tingkat keberhasilan peningkatan produksi jagung kita sangat tinggi. Sehingga, kita mau memanfaatkan mekanisme resi gudang yang sudah ada UU nya itu. untuk menangani pengadaan stok jagung. Karena permintaan jagung relatif rata tiap bulan, padahal panennya hanya 3-4 bulan saja dalam setahun," ucap Bayu.
Di samping itu, menurut Bayu, resi gudang itu juga dilakukan untuk memenuhi permintaan ekspor jagung dari negara-negara tetangga yang cukup besar.
"Karena dalam situasi ekonomi dunia saat ini, jauh lebih efisien, dan murah untuk impor jagung dari Indonesia," pungkasnya.
Rabu, 10 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar